Berubah! Mudah Diucapkan, Sulit Dilakukan

Dokter berkata, "Apa pun konsumsi yang sesuai untuk tubuh dan disukai bisa memberi kekuatan seseorang dan membersihkan darahnya." Pernyataan ini bisa benar sejauh orang itu tidak memiliki kelainan dan atau penyakit. 

Seperti contoh, ada anak pernah kita dengar Cumian obat nyamuk. Anak itu akan menangis jika dilarang memakan obat nyamuk tersebut. Kejadian ini tidak akan menyebabkan kita mengatakan bahwa obat nyamuk baik bagi anak itu. 

Seperti seorang penderita diabetes, mungkin saja sangat menyukai makanan yang mengandung karbohidrat banyak, dan mengkonsumsi gula berlebih. Selera dan kebiasaannya itu sama sekali tidak bisa dijadikan ukuran sehat. Karena hal itu disadari sebuah kekeliruan. 

Atau misalnya perokok, dengan alasan apa pun tetap akan mengatakan, bahwa merokok berguna untuk memantik kerja otaknya. Padahal hampir semua non perokok mengatakan, "Rokok itu membunuhmu?"

Jadi, yang benar-benar sesuai adalah yang sesuai bagi manusia saat di dalam kondisi awal, sehat. 

Contoh lain, apabila lengan orang tersebut terkilir atau patah, kemudian menjadi bengkok. Ahli bedah atau ahli ortipedi akan berusaha meluruskan  dan mengembalikannya dalam kondisi semula.

Orang itu tidak akan merasa senang dengan operasi yang dilakukan pada tangannya. Di mana saja pasti kalau bisa operasi dalam bentuk apa pun dihindari. 

Namun, ahli bedah akan berkata, "Engkau suka tanganmu lurus seperti semula, dan kau meamng menyukainya. Kau tak akan minder lagi. Ketika tanganmu bengkok sesungguhnya kau menderita."

"Sekarang kau memilih tanganmu tetap bengkok dan membiarkannya, karena kau merasa nikmat. Tidak teeganggu dengan proses operasi. Padahal "kenikmatanmu" itu salah dan tidak berharga," lanjutnya.

Sekiranya dalam bentuk fisik pasti terlihat dengan sangat jelas, bagaimana kondisi tidak normal, sakit, dan berbeda (dalam arti jelek) begitu dipertahankan demi kenikmatan. Padahal nikmat yang dirasakan adalah sebuah kesalahan. 

Sekarang kalau kita tarik dalam pemaknaan non fisik. Seperti, sebuah perbuatan buruk dan merugikan yang dilakukan secara terus menerus. Mungkinkah kesulitan meluruskannya akan sama dengan mememperbaiki fisik tersebut? 

Salah satu alasan yang paling kuat adalah ingin berada pada kondisi "nyaman" sehingga sangat sulit melakukan perubahan. 

Contoh sederhana yang sejak dahulu menjadi topik hangat adalah bagaimana sulitnya seorang perokok ingin berhenti. 

Dalam bahasan ini, bagaimana perilaku buruk begitu lama dikerjakan. Sementara nasihat tentang sebaiknya berubah tak kunjung mau dilaksanakan. Apakah asalan "kecanduan" masuk akal?

Coba saja kita ada yang terbiasa berdusta, pada saat dusta tersebut diperingatkan. Paling banter jawaban yang sangat sopan adalah dengan senyuman, "Nanti saya coba." Nyatanya pada kesempatan lain, tetap saja kebiasaan itu diulang. 

Apakah perilaku korupsi juga demikian? Bukankah untuk korupsi diperlukan tempat, jabatan, dan kesempatan? Jika sudah jadi kebiasaan, ternyata apapun akan dikuropsi. Dan pada saat diingatkan, jawbannya sungguh mengiris dada, "Kamu saja belum ada kesempatan. Jika ada. pasti akan dilalukan."

Begitulah, ternyata berubah, mengubah, mengganti, meluruskan tidak semudah membalik telapak tangan. 

Maka dari itu, ketika kecamanan begitu dahsyat menerkam dunia pendiidikan yang dianggap tidak berhasil memanusiakan manusia. Sebelum melakukan kritik dan saran sebaiknya mempertimbangkan dahulu, bahwa yang diubah di  dunia pendidikan adalah kebiasaan. 

Kebiasaan yang ditularkan orang tua, lingkungan, teman sepermainan pada anak yang sedang tumbuh dan berkembang menjadi sangat kompleks. Tidak akan semudah membalik telapak tangan. 

Sekarang, sebelum melakukan perubahan sekecil apa pun terhadap orang lain. Mari sebentar kita bercermin, apa yang ada dalam diri ini yang semestinya kurang pantas dan layak dilakukan perbaikan? Apakah sanggup berubah? 

Kalau belum, maka sebaiknya tutup mulut saja, tak usahlah melakukan perbaikan dan perubahan pada diri orang lain. Nyatanya diri sendiri dan hal kecil saja belum sanggup dilakukan perubahan. 

sumber gambar: Medcom.id

Komentar

  1. Dulu aku perokok berat mas. Tapi aku bisa stop total itu Krn kesadaran sendiri. Ga mempan larangan suami utk stop, ato pesan2 yg bilang rokok membunuhmu lengkap dengan foto2 mengerikan org yg kena kanker tenggorokan dll .

    Aku bisa brenti Krn waktu itu aku ngeliat foto wanita perokok yg umurnya msh muda, tp terlihat seperti nenek2 . Dan aku yg sangaaaaat concern Ama kesehatan kulit, lgs shock hahahah. Saat itu juga, aku putusin utk brenti. Walool awalnya susah, tp toh lama2 berhasil. Tiap kali keinginan merokok DTG, aku cukup melihat foto wanita seram itu, dan lgs ga kepengin lg merokok. :D

    BalasHapus
  2. Hahahahahha!!!
    Berarti ngerokoknya berenti karena takut.gak cantik lagi. Ntar jika sdh keriput mungkin saja ngerokok lagi
    Wkwkwkwkw

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih telah berkenan membaca dan meninggalkan pesan