Jika Anda Sopan, Saya Pun Segan! Masih Berlakukah Saat Ini?

Ketika kita membicarakan kebaikan manusia lain, kebaikan itu akan kembali pada kita. Hakikatnya ia memuji dan menghargai diri sendiri. 

Saya jadi teringat status WA seorang teman, "Anda sopan, Saya segan." Bagaikan orang yang menanam bunga mawar di sekitar rumahnya. Setiap kali membuka mata, akan disuguhi indahnya mawar, dan harum semerbak menyegarkan jaringan otaknya. 

Setiap kali mendatangi bunga mawar tersebut, ia akan merasa berada di sebuah taman yang sangat indah. 

Ketika melakukan kebaikan untuk orang lain. Kita akan menjadi temannya. Kapan pun kita berpikir tentang diri kita, ia akan melihat kita sebagai teman. Sedangkan pikiran seorang teman bagai bunga di taman yang memberikan kedamaian. 

Kondisi yang berlawanan, ketika kita berbicara buruk pada orang lain, kita bisa menjadi lebih buruk di hadapannya. Dan berkembang jika orang itu menceritakannya pada teman-temannya. Keburukan pun akan menyebar seperti angin, terhirup, mengendap dalam otak untuk waktu yang lama.

Pandangan tentang keburukan kita padanya akan berlangsung lama. Setiap kali orang itu memikirkan kita, dalam bayangannya, kita adalah ular dan kalajengking yang siap menyakitinya. Juga seperti tamanan berduri dan berbau busuk. Tidak akan ada yang mau mendekat.

Seandainya kita setiap hari, siang dan malam, dapat melihat bunga-bunga di taman, mengapa kita merelakan diri berkelana di tanah gersang yang dipenuhi hewan berbisa, siap memangsa?

Menyayangi setiap orang, menghormatinya dalam takaran dan ukuran yang seimbang akan menjadikan kita setiap kali kaki melangkah maka akan selalu berada di taman bunga yang indah dan semerbak wanginya. 

Sebaliknya membenci setiap orang dan mencari musuh di mana-mana seperti mengembara siang malam di padang gersang dengan sekian banyak binantang mengerikan siap memberi kesakitan. 

Perangai, mungkinkah perangai seseorang mempengaruhi gaya bicara? Terutama yang terkait dengan keburukan. 

Beberapa orang menyebutkan makna lain. Mereka tidak memiliki pilihan dalam melakukan sesuatu. Keadaanya seperti kita melakukannya di saat tidur, sungguh kita tak memiliki pilihan lain. 

Tak akan ada yang menyalahkan perbuatan itu, karena dilakukan dalam keadaan tertidur.

Sementara pada saat terjaga, tersadar, kita memiliki keinginan, kemauan, pemenuhan, semangat, serta perjuangan. Kita menghendaki seauatu untuk diri kita sendiri. 

Bahkan tak sedikit yang rela menumpahkan darah, berbuat curang, menindas, berbohong, dan sebagainya agar bisa diraih apa yang diinginkan. 

Gaya seperti ini sungguh mirip dengan apa yang dilakukan oleh binatang. Kita jarang menyadarinya. 

Dalam keadaan lain, ada sebagian yang karena suatu sebab, menghindari, mencari selamat atas perbuatan berupa imbas, takut mengenainya. 

Mungkin saja akan berkata baik di depan yang yang bersangkutan. Dan akan berkata buruk di belakangnya. Jenis orang seperti ini shngguh naif.

Pujian, berkata baik, dan sebagainya tak akan bermakna apa-apa. Tidak oleh si penerima, juga si pemberi. Dan model yang begini yang sering terjadi. 

Menutupi, memalsukan suara hati, basa basi, demi menjaga hubungan baik. Mulus di luar, tapi menyimpan borok yang sangat parah di dalamnya. 

Mereka tidak akan mampu lagi menikmati indahnya mawar yang di taman di sekitar rumah. Mawar telah diracuni, atau tak pernah disiram sama sekali. 

Sedangkan pada orang-orang yang dikenalnya, ia bercerita bahwa di sekitaran rumahnya begitu banyak bunga mawar ia tanam. Dengan serentetan  cerita tentang wangi dan warna-warninya. Sungguh tak berguna!

Dengan bahasa kasar, maaf, mungkin akan diberi sebutan, "Musang berbulu domba." Berdekatan dengan mereka tak akan mendapatkan untung sama sekali, keharuman dalam kepalsuan, warna-warni yang menipu. 

Sekarang telah jelas makna dari, "Anda sopan, Saya segan." Tidak hanya menjadi slogan, melainkan benar-benar keluar dari hati, pikiran yang jernih dengan kesadaran penuh. 

Jadi, apabila perkataan, perbuatan baik menyebar seperti angin. Maka ke mana pun wajah kita menghadap, di tempat itu akan terlihat indahnya mawar dan wangi yang semerbak. Sayangnya hanya sedikit yang mau melaksanakan. 

"Bermusuhan lebih menantang dan memacu semangat hidup," kata sebagian orang. Dengan alasan semakin banyak kompetitor semakin bergelora kehidupan kita. Entahlah, mana yang akan jadi pilihan selanjutnya.

Ingin berada di sebuah taman dengan keindahan, atau berada di tanah gersang dengan binatang yang siap menerkam? 

 Sumber gambar: Pixabay.com

Komentar

  1. Apa ga capek ya orang2 yg dalam hidupnya selalu aja melihat keburukan org lain . Slalu ngerasa benci, jrg mau memaafkan. Capeeeek loh. Hidup ga bahagia, Krn pikiran panas trus.
    Aku sih males. Hidup udh sulit, jgn jadi makin sulit hanya Krn kita ga mau berpikir positif :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju. Mending mikirin diri sendiri saja. Nah. Saat ada yang minta bantuan baru dibantu. Saat melihat ada yanh kesusahan diringankan. Tak usah dipikirkan. Jd tenang

      Terima kasih sudah mampir ya

      Hapus

Posting Komentar

Terima kasih telah berkenan membaca dan meninggalkan pesan