Laparnya Puasa Tak Selapar yang Betul Tak Ada

Puasa, salah satu usaha menahan makan. Otomatis ada rasa lapar. Kekurangan karbohidrat memaksa kondisi tubuh jadi lemas. Berasa ingin makan. 

Ternyata berasa ingin makan bukan hanya milik orang lapar. Pada kondisi di luar ramadan, sebagian besar kita jarang memikirkan rasa lapar, karena sebelum lapar datang, kita sudah mengisinya. Sarapan pagi sebelum berangkat bekerja atau aktifitas lainnya. 

Setelah jam 10 pagi, sudah ada minuman dan makanan ringan berupa kue yang kita makan lagi. Lalu ketika siang, santap siang sudah tersaji. Tinggal dimakan, dan kenyang. 

Pernahkah ketika itu terpikir bagaimana rasanya lapar? Bagi penderita maag akut, rasa lapar kadang datang tiba-tiba. Begitu saja datang, keringat dingin mengucur, badan lemas dan dada berdebar-debar. Sungguh sangat tak enak rasanya. Saya berkali-kali mengalami hal itu. Dan setelah diisi makanan tidak sekonyong-konyong rasa laparnya berkurang.

Biasanya beberapa saat dengan perut kenyang rasa lapar masih ada. Terpaksa merebahkan badan dan setelah terlelap baru perasaan lapar hilang. Badan berasa agak nyaman. 

Kembali pada momen ramadan. Kita sepertinya tidak akan merasakan perasaan lapar yang sangat. Tak pernah terdengar ada orang yang puasa kemudian kelaparan dan terpaksa buka di tengah jalan karena keringat dingin seperti yang saya rasakan tadi. Hanya lemas, dan haus. 

Dari cerita di atas saya hanya ingin membuka bagaimana rasanya lapar. Lapar bagi orang yang tidak puasa. Bukan lapar yang disengaja, dengan niat puasa. Tapi memang lapar karena tidak ada yang dimakan. Hanya ada yang diminum. Dan dengan minum lapar tidak akan hilang. Apalagi hanya air putih. 

Mereka yang lapar saat ini di antara kita sangat banyak. Momen ramadan kali ini memberikan kesepatan kepada kita untuk sekedar mengingatkan bahwa di antara suapan makanan yang kita makan ada makanan orang miskin yang tak memiliki makanan. Tugas kita berbagi. 

Di antaranya ada yang tak malu menadahkan tangan dan meminta. Tapi tak sedikit yang menahan lapar dengan berdiam diri. Malu jika meminta. Mereka inilah yang wajib kita bantu.

Ketika kita mengatakan bahwa meminta-minta adalah terlarang, haram. Sudahkah kita memberikab hak mereka dari makanan yang kita punya? Jika belum sempat atau lupa berarti kita telah berbuat aniaya. 

Dengan memberikan makanan kepada tetangga yang membutuhkan tak akan membuat kita kelaparan. Malah akan dapat jaminan balasan bahwa makanan kit akan ditambah dan berkah. 

Oleh karena itu mumpung masih ramadan, dimana kebaikan akan dibalas sepuluh kebaikan dan berlipat ganda. Sisihkan sedikit makanan yang kita masak hari ini untuk tetangga kita yang membutuhkan. 

Jangan sampai hanya berbagi makanan dengan tetangga yang sama-sama kaya. Walau tidak salah. Tapi mungkin saja makanan yang kita berikan tidak akan dimakan dan terbuang sia-sia. 

Demikianlah, jika laparmu terasa. Maka bagaimana orang miskin yang lapar bukan karena puasa. Tapi mereka lapar karena memang tak ada makanan yang akan dimakan. 

Yuk berbagi, sekecil apa pun pemberian kita jika diberikan kepada yang membutuhkan makanan, pasti akan sangat berharga. Semoga.

sumber gambar: Tirto.Id

Komentar

  1. Saat tidak berpuasa, ada perintah otomatis untuk makan pada jam-jam waktu makan. Maka ketika siang hari belum makan, muncul rasa lapar. Saat puasa, sudah diniatkan untuk tidak makan. Rasa lapar pun tidak banyak mengganggu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasa lapar mengingatkan kita, betapa lapar itu tidak enak.

      Terimakasih sudah berkenan hadir ya

      Hapus

Posting Komentar

Terima kasih telah berkenan membaca dan meninggalkan pesan