Yang Bersyukur dan Tersungkur

Dikisahkan pada suatu masa tinggallah sebuah keluarga. Hanya suami istri, mereka hidup saling mengasihi dan sangat mencintai. Dalam kesederhanaan tak pernah terdengar keluh kesah. Kehidupan serba kecukupan. Dalam artian hari ini makan kenyang, tidur nyenyak. 

Mereka berdua hidup bahagia dengan suka cita. Demikianlah mereka saling bergantung, satu sama lain, seperti ikan dan jernih airnya. Beberapa tahun mereka lalui bersama.

Hingga sampai pada suatu ketika mereka dikarunia kekayaan yang berlimpah, kebunnya panen besar, ternaknya berkembang pesat. Simpanannya bertambah berlipat-lipat. Pendek kata sekarang mereka menjadi orang yang sangat kaya raya. 

Karena limpahan karunia dan kekayaan itu akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke kota. Di kota mereka membeli dua buah rumah megah. Sangat megah bahkan! 

Suaminya tinggal di satu kota, dan istrinya di kota lainnya. Maksud semula memang agar bisa saling menikmati indahnya kota yang berbeda. Mereka terpisah. Dengan masing-masing mengusahakan bisnisnya di tempat berbeda. 

Kegigihan telah menjadikan mereka berdua sama-sama sukses. Namun, setelah meraih sukses, mereka tak lagi merasakan kebersamaan. 

Hati mereka perlahan-lahan tebakar dan diam-diam merasakan penderitaan, walau masing-masing tak saling mengutarakan. 

Rasa yang ada di hati mereka terbakar kesedihan. Api yang membakar hati mereka mencapai puncaknya hingga terlebur dalam amuk perpisahan. 

Ketika kebakaran mencapai batas akhirnya kerinduan ingin kembali bersama memaksa keduanya memutuskan untuk melepaskan seluruh kekayaan dan kemegahan yang dimiliki. 

Setelah masa yang lama, akhirnya mereka pun kembali seperti sedia kala. Setelah itu mereka memutuskan untuk kembali tinggal ke desa seperti dahulu sebelum peristiwa kaya rayanya mereka. 
Mereka akhirnya kembali berkumpul  di desa dan menikmati kehidupan bersama. Apabila mereka mengingat betapa pahitnya perpisahan, mereka menangis, "Seandainya dahulu kita tak pernah kaya raya niscaya kita takkan pernah merasakan pedihnya perpisahan."

Penyesalan memang selalu datang setelah datangnya penderitaan. Hampir tak pernah terdengar ada penyesalan saat masa jaya, suka cita, dan bahagia mengelilinginya. 

Demikiaan juga, kadang kita tak pernah menikmati kebersamaan. Pada saat semua anggota keluarga berkumpul, semua terasa biasa saja. Kesedihan dan kerinduan datang manakala salah satu anggota keluarga ada yang pergi. 

Beruntung jika hanya pergi dari satu tempat ke tempat lainnya. Bayangkan jika perginya tak akan pernah kembali lagi. Sungguh penyesalan dan kesedihan pasti akan menyelimuti. 

Kehilangan! Siapa yang ingin, sebuah kehilangan terjadi padanya. Jangankan pada orang terkasih dan tersayang. Pada benda yang secara nalar hampir tak berarti pun, ketika kehilangan barang itu akan sangat berasa. Dan manimbulkan kesedihan serta kekecewaan.

Hasrat manusia memang tidak hanya terbatas pada senang dan tenang. Godaan berupa kekayaan dan kemegahan masih mampu menghitamkan putihnya bahagia. 

Ingin merasakan menjadi kaya, ingin merasakan enaknya tinggal di rumah megah, dan sekian banyak keinginan yang bersarang dalam pikiran. Tak sedikit yang akhirnya menyidakan penderitaan dan penyesalan. 

Demikian juga, indahnya bersa tidak akan terasa ketika belum pernah merasakan bagaimana sedih menahan rindu ketika berpisah. 

Begitu berpisah, perlahan-lahan kecamuk rindu, tidak tenang, khawatir jika terjadi sesuatu, dan lainnya merupakan derita tersendiri. 

Kata orang, indahnya hari kemarin hanya akan menjadi kenangan. Sementara keindahan hari ini belum sempat ternikmati, karena yang terpikir adalaha bagaimana indahnya besok. Padahal besok kita tidak tahu apa yang akan terjadi. 

Seperti bangun dari tidur di kala pagi. Mimpi hanya tinggal mimpi. Kejadian kemarin, hanya buah bibir dalam manis dan getir. 

Dan terakhir, penyasalan selalu datang setelah semua berakhir. Pelajaran demi pelajaran hendaknya menjadikan kita semakin mahr menatap dan mengelola hari ini dengsn mengambil pelajaran di hari kemarin.

Sehingga pada saat akan menutup mata menjelang tidur malam tersungging senyuman, seraya berguman, "Ya Tuhan! Kau telah anugerahkan yang terbaik di hari ini. Terima kasih...."

Sumber gambar: Pixabay.com

Komentar