Melihat Alam Ghaib (24)

Episode ke dua puluh empat Melihat Alam Ghaib

Perintah tentang salat malam yang harus dilaksanakan dengan penuh semangat memang aku telah laksanakan. Bacaan dan amalan yang disarankan juga aku selesaikan penuh keikhlasan. 

Aku baru merasakan, ternyata salat malam memang meberikan dampak yang luar biasa bagi perasaanku. Ketenangan. Kebahagiaan. 

Tak ada kesedihan yang memdera hati lagi. Semua pekerjaan sepertinya sangat mudah diselesaikan. Hampir tidak ada perasaan khawatir terhadap sesulit apa pun pekerjaan yang dikerjakan. 

Tidak seperti dahulu, aku menang orang yang sangat terburu-buru. Sehingga perasaan tergesa dan tidak tenang selalu menghantui pada setiap pekerjaan. 

Banyak pekerjaan yang harus aku ulang karena kesalahan-kesalahan akibat terburu-buru. Setelah rutin salat malam tidak lagi terjadi. 

Sore itu secara tidak sengaja aku mampir di rumah Pakde. Tidak tahu apa sebabnya. Seperti ada perasaan yang menggiringku untuk mampir di rumah Pakde. 

Jika seperti ini, biasanya pasti ada sesuatu di rumah Pakde. Dan dengan kemampuan Pakde aku memang sengaja dipanggil untuk datang. 

Setiba di rumah Pakde ada beberapa orang lelaki setengah baya sedang duduk dan berbincang serius. Aku tak berani masuk. Maka aku pustukan untuk duduk di teras saja. Sambil memainkan android di tangan. Tiba-tiba Pakde memanggilku dan menyuruh masuk. 

Kemudian aku diperkenalkan dengan tamunya Pakde. Yang pertama adalah kepala desa. Dua orang lainnya adalah anggota DPRD. 

Aku tidak mengenalnya. Masing-masing memperkenalkan nama saat salaman. Dan aku diperkenalkan sebagai murid Pakde. Aku kaget, harusnya diperkenalkan sebagai adiknya. Malah diperkenalkan sebagai muridnya. 

"Ini murid saya. Dia nanti yang akan menyelesaikan masalah Bapak semua." ucap Pakde memperkenalkan aku kepada mereka.

Aku tertunduk malu. Berfikir keras. Apa yang harus aku lakukan. Selama ini tak ada ilmu macam-macam yang pernah Pakde ajarkan. Seingatku hanya amalan-amalan keagamaan. Dan bacaan-bacaan yang juga berasal dari al Quran dan hadist Nabi SAW. Tak ada yang neko-neko. 

Apa yang harus aku lakukan? Benar-benar kebingungan. Kutatap Pakde sekejap. Aku ingin tau aoa maksud Pakde dengan berbuat begitu.

"Sudah sana. Ambil wudlu. Yang benar ya!"

Aku paham. Jika diperintahkan wudlu yang benar pasti ada perintah dan kejadian besar yang akan aku alami. Akhirnya aku ke belakang. Mengambil wudlu dengan benar. 

Apa itu wudlu dengan benar? Wudlu dengan benar adalah wudlu dengan khusyuk. Tidak hanya berniat kemudian membasuh seluruh anggota wudlu. Tetapi setiap anggota wudlu yang dibasuh harus dimakanai dengan permohonan ampunan atas dosa yang telah dilakukan.

Mulai dari mencuci tangan. Sambil memohon ampun atas apa yang telah tangan lakukan sejak bangun tidur tadi. Jangan-jangan ada tulisan yang sudah terkirim kepada orang lain yang menyebabkan orang sakit hati. 

Tulisan yang menyakiti hati teman-teman. Atau jari-jari tangan yang telah berbuat jahat. Sambil mencuci sambil mengingat-ingat kembali jari tangan mana yang telah berbuat dosa. Kemudian memohon ampunan. 

Berkumur-kumur dengan benar. Sambil berkumur-kumur mengingat-ingat hari ini apa yang telah diucapkan mulut. Jangan-jangan sejak bangun pagi tadi mulut telah berkata kasar dengan orang yang ditemui. 

Mulut telah memaki-maki. Mulut telah berbohong. Mulut telah berkata sombong. Diingat-ingat semuanya. Kemudian diakui dan berniat tidak akan mengulanginya lagi. Lalu, memohon ampunan atas semua dosa yang telah dilakukan mulus. 

Ketika mencuci muka, mengingat kembali apa yang telah dilakukan mata. Dosa apa yang diperbuat mata sejak bangun pagi tadi hingga saat ini. Mata nakal pada siapa? Apa saja yang telah dilihat, dan lain-lain. Kemudian mengakui dan menginsafi. Meminta ampunan pada Ilahi Rabbi. 

Demikianlah seterusnya, hingga seluruh anggota wudlu terbasuh semua dan seluruh anggota wudlu telah dimintakan ampunannya. 

Diakhiri dengan doa. Berdoa agar dijadikan anggota tubuh bersih. Agar hati jadi bersih. Agar digolongkan dalam orang-orang yang taubatnya diterima.

Setelah selesai wudlu aku kembali ke ruangan tengah. Tamu yang ada tadi sepertinya diperintahkan untuk menanti wudluku selesai. Aku tak tahu apa yang dikatakan Pakde kepada mereka semua.

"Sudah sana, ajak mereka salat sunat mutlak. Kamu yang jadi imam."

Aku tak menjawab, hanya mengerjakan apa yang diperintahkan. Orang-orang tadi pun diam. Hanya gerakan berederet di belakangku pada posisi makmum. Lalu aku mulai salat sunat mutlak. Hanya berniat melaksanakan salat sunat mutlak. Sesuai sunnah. Tak ada hajat apa pun. 

Tiba-tiba aku tersadar. Aku duduk. Orang tadi duduk bersila di delanku. Menunduk seperti tersipu. Aku tidak tau aapa yang terjadi. 

"Ya Mbah, kami akan mencoba berubah. Insya Allah kami siap. Akan bekerja menjaga amanat," seirama mereka berkata pelan. 

Aku bingung. Apa yang telah aku lakukan. Aku dipanggil "Mbah". Gila mereka. Padahal kami seumuran saja. Mengapa aku dipanggil mbah. Pasti ini pekerjaan Pakde. 

Nanti pasti akan aku tanyakan. Aku akan minta penjelasan detail. Mengapa aku yang diperintahkan jadi imam salat sunnat mutlak tadi. 

Dan kemudian mereka bertiga memanggilku Mbah. Bukan orang sembarangan. Mereka adalah kepala desa. Dan dua orang lainnya adalah anggota DPRD. 

Aku belum pulih dalam kesadaran penuh. Mereka bertiga minta izin untuk pamit. Sebelumnya ketiganya menunduk memberi hormat dan salaman. Mencium tanganku pelan. Tak sempat berpikir panjang. Semua berlalu begitu cepat. Bertanya pun aku belum sempat.

Dasar Pakde. Ada-ada saja kelakuannya. 

(Bersambung)
Sumber gambar: Pixabay.com

Komentar