Melihat Alam Ghaib (26)

Episode ke dua puluh enam Melihat Alam Ghaib

Malam ini aku kembali ke rumah Pakde. Sebuah keraguan menyelimuti pikiranku. Bagaimana nisa ragu-rsgu tiba-tiba muncul dalam pikiranku. 

Beberapa pertanyaan aku sampaikan. Panjang Pakde memberikan wejangan. 

"Meragukan kemampuan Allah?  Untuk bisa menghidupkan kembali yang sudah mati. Mudah bagi Allah SWT, tapi banyak yang ragu-ragu. Jadi taatnya karena takut sama Allah SWT. Apadahal Allah SWT bangkit kan dia dengan sekali perintah bangkit dia. 

Ditanya kenapa, "Kok sampai bilang begitu." 

"Allah mampu ampuni siapa saja."

"Sementara kamu jarang memaafkan orang lain."

"Padahal Allah SWT, yang ciptakan kamu. Jika kamu salah diampuni sama Allah SWT, dan masih memberikan toleransi." 

Kadang-kadang dalam kondisi takut yang luar biasa itu, seseorang mengatakan perkataan perkataan yang kalau dalam kondisi normal dia bisa kafir, tapi gara-gara kondisinya itu tidak biasanya. Dia masih ditoleransi. 

Seperti orang yang bahagianya lagi memuncak. Orang kehilangan unta dengan segala perbekalannya di padang pasir, sudah tak bisa menunggu. Hanya menunggu ajal menjemput. IA duduk dibawah pohon. Ternyata unta dan bekalnya datang kembali lagi. 

Saking senengnya, "Ya Allah hamba aku, aku Tuhanmu." Saking senengnya dia salah ngomong, Kalau dia sadar ngomong seperti itu diansudah kafir.

Aisyah radhiyallahu anha juga pernah, ketika malam-malam dikira sudah tidur. Rasulullah SAW, membuka selimutnya kemudian pakai sandal. 

Buka pintu pelan-pelan, jangan-jangan ke istri yang lain, pikir Aisyah RA. Ternyata rasulullah SAW, kemudian berdoa di sana. Mendoakan sahabatnya yang telah wafat di Baqi (makam kaum muslimin).

Ketika melihat rasulullah telah selesai, Aisyah yang mengintip dari balik pohon, ketika mau balik pulang cepet-cepet dia masuk ke kamarnya. 

Karena hari sudah tengah malam, dilihat rasulullah ketika masuk kamar, selimutnya naik turun naik turun, naik turun. 

"Ada apa? Kamu kok seperti itu, kata Rasulullah SAW. 

"Apakah Allah SWT,  tahu semuanya?" tanya Aisyah RA.

Mustahil pertanyaan itu, tapi karena ketakutan dia tak bisa menutupinya.  Diterima meragukan hari kebangkitan itu, aqidahnya orang-orang zaman dulu mereka meragukan Allah SWT.

Banyak hal yang kita harus pelajari tentang hakikat iman dan kufur ini, karena kalau kita sampai salah dalam memahami fatal akibatnya.

Ada temanku baca al-qur'an lancar, salat lima waktu, puasa Romadhan. Tapi pada akhirnya dia masuk kristen, kurang lebih 10 tahun.

Bagaimana caranya agar teman saya mau kembali Islam? 

Kalau hasilnya harus kembali sama lagi, aku nggak tahu caranya. Bagaimana? Tidak ada yang menjamin. Kalau bagaimana cara dia mendakwahi, aku bisa berikan caranya agar kembali, juga tidak ada jaminan. 

Rasulullah saja eliau tidak bisa mengislamkan orang. Beliau hanha berdakwah. Anda harus belajar Islam yang baik dulu. Pendakwah harus pinter, harus kuasai dulu pelajari Islam dengan baik dan benar jadilah seorang muslim yang baik berdakwah dengan sikap kita. 

Sebelum berdakwah dengan lisan kita walaupun sudah begitu tetap gak ada jaminan Nabi SAW itu sebelum mendakwahkan islam. Beliau juga dikenal sebagai orang baik. Diakui dan akhlaknya luar biasa, jujur, amanah, tidak pernah bohong gak pernah segala yang jelek-jelek.

Ketika mereka berselisih tentang siapa yang akan meletakkan kembali Hajar Aswad pada tempatnya, mereka sepakat menunjuk Muhammad SAW sebagai penentu. 

Kemudian, orang itu damai lagi. Mereka langsung memberi gelar, orang gila. Padahal, mereka tahu persis Muhammad Rasulullah tidak gila, bukan penyihir, bukan Pendusta.

Jadi, caranya kita harus belajar dulu dengan sikap dan tutur kata yang baik. Kemudian kita pelajari secara sebab-akibat apa sih yang menyebabkan dia pindah agama, karena duit harus menggunakan cara yang sama ada orang yang benci sama Islam. 

Tapi jadi cinta dunia ketika dia di dunia tidak pakai itung-itungan, berbalik menjadi cinta. Ketika seorang yang masuk Islam waktu Fathul Makkah ia bercerita  paling benci kepada Rasullullah SAW. 

Rasulullah terus mengasihi akhirnya berballk dia sangat mencintai Rasullah. 

Pelajaran tauhid yang disampaikan dalam bentuk teori, tapi kita juga butuh praktek aplikasinya. Langkahnya tanya penerapannya ijuga kita diperlukan. 

Belajar tauhid bukan berarti hanya duduk di masjid. Membaca Kitab Tauhid, tapi juga beramal karena itu ketika belum menggambarkan bagaimana perilaku nabi akhlak nabi SAW. 

Apa yang kau katakan, tidak mengatakan bahwa nabi SAW itu selalu mengkaji belajar mengajar. Akhlak Rasulullah yaitu Alquran  perilaku tingkah lakunya tindak-tanduknya setiap gerak-gerik betul-betul mencerminkan Alquran. 

Karena itu jadilah orang yang bukan hanya lisannya, tapi tingkah lakunya, prakteknya mengikutk rasulullah SAW. Pelajaran bukan hanya dalam tahap Ihsan ucapan teori pembahasan yang disampaikan di masjid atau di kelas tapi ajarkan.

Contohkan bagaimana beriman dan bertakwa dalam bentuk tindakan nyata tindakan konkret dalam kehidupan. Iman itu ternyata bukan hanya teori, betul-betul menjadi landasan kehidupan yang bukan hanya mata pelajaran yang disampaikan.

Kunci kalau kita ingin kembali wujud kebudayaan bagi masyarakat kita itu kembali kepada Iman mengembalikan Iman tauhid. Karena itu adalah janji Allah SWT, laki-laki atau wanita dan dia benar-benar beriman. 


Allah SWT akan berikan kehidupan yang damai kehidupan yang tentram kehidupan yang berjuang menegakkan dalam lisan lebih dalam tindakan nyata dalam pelajaran dalam keteladanan nyata.

Rasuluullah memberikan petuah. Apabila orang berbuat baik kepada kita, kita berbuat baik kepada mereka.  Bila kita suka orang bersikap ramah santun kepada kita. Kita juga harus ramah dan santun kepada mereka.

Dan apa yang kita tidak suka untuk didatangi dengannya, jangan kita sukai untuk kita lakukan kepada orang lain. Bila kita tidak suka digibah, maka jangan suka menggibah orang lain.

Kita tidak suka orang menertawakan kita, karena kesalahan kita. Jangan suka menertawakan kesalahan orang lain."

Pekde menarik napas dalam-dalam. Kemudian terdiam. Pakde berdiri ke dapur. Tak lama, suara gemericik air. Pakde berwudlu. 

Aku pamit pulang pada Rimah, istri Pakde.

(Bersambung)

Sumber gambar: Pixabay.com


Komentar