Melihat Alam Ghaib (21)

Episode pe dua puluh satu Melihat Alam Ghaib

Aku sangat trauma dengan peristiwa yang baru saja menimpaku. Berurusan dengan mahluk ghaib memang tidak mengenskkan. 

Bahkan sangat tidak mengenakkan. Pantas saja Pakde berkali-kali melarangku agar jangan berurusan dengan mahluk itu. Makanya kali ini aku datang ke rumah Pakde tidak malam hari. 

Kucoba datang khusus setelah ashar. Biasanya Pakde selepas ashar pasti berada di sajadahnya hingga maghrib tiba. Entah ketika itu sendang melakukan amalan, atau sedang duduk diam. 

Sementara raga yang lain berada di tempat berbeda. Pada bulan-bulan seperti sekarang biasanya Pakde pasti berurusan dengan murid-muridnya yang keblinger dengan urusan perdukunan. Bertempur sesama dukun. Begitu cerita Pakde dahulu. 

Sekarang bukan sapar. Para dukun biasanya melelepas rajah untuk membinasakan berupa penyakit dan lain sebagainya kepada musuh-musuh orang yang membayarnya. Dasar zaman edan. Sudah zaman now masih saja ada yang bergelut dengan dukun untuk membalas dendam. 

Di samping itu ada juga yang datang ke dukun untuk minta suaminya atau isterinya kembali setia. Kembali menyayangi. Dan lucunya mereka dantang ke dukun yang sama. Kadang Pakde bercerita sambil ngakak tertawa. 

Lumrah jika begitu. Paling mengerikan jika kedua-duanya sudah saling tidak suka. Bisa karena lerselingkuhan yang ketahuan. Atau cemburu yang membabi buta. Juga datang ke dukun yang sama. 

Kedatangan Pakde ke para dukun adalah untuk meluruskan niat agar jangan lagi menjadi pengabdi jin. Memang berat. Menurut Pakde jika sudah sampai pada tingkatan amalan tertentu akan mampu berkomunikasi dengan jin. Serta mampu menyuruh mereka macam-macam. Tentunya dengan imbalan keseringan. "Nauzubillahi minzdalik"

Aku datang kepada Pakde, agar penglihatanku terhadap mahluk ghaib itu ditutup saja. Sehingga yang kadang-kadang aku mampu melihat mereka tidak terjadi lagi. Dan sebagai gantinya aku akan minta amalan agar mudah mendapatkan rejeki. 

Pakde manggut-manggut mendengar permohonanku. Kemudian memberikan amalan tambahan yang harus aku lakukan. 

"Baiklah, mulai sekarang aku akan tambah amalanmu," Pakde memulai memberikan wejangan.

"Jika sebelumnya amalan yang kamu laksanakan adalah kebanyakan amalan pada malam hari. Mulai sekarang harus ditambah amalan setelah salat subuh. Jadi mulai subuh nanti kamu tidak boleh lagi tidur," lanjut Pakde

"Apa amalannya?" tanyaku penasaran.

"Yang pertama kamu harus salat berjamaah di masjid. Nah, ketika semua wirid sudah selesai dilaksanakan. Kamu jangan meninggalkan masjid. Cari tempat di pojokan mana saja terserah," keterangan Pakde.

"Jika batal?" tanya melanjutkan.

"Ya harus wudlu lagi. Kemudian kembali ke tempat semula," Pakde menambahkan.

"Apa yang dibaca?" 

"Karena setelah salat subuh tidak ada salat sunat lagi. Maka kamu duduk bersila saja. Kemudian baca istighfar sebanyak 1000 kali. 

Jangan hanya beristighfar. Tapi meminta ampun dengan sungguh sungguh. Ingat dulu ketika kamu sering meninggalakan salat lima waktu. Sesali itu. 

Sejak kamu baligh hingga sekarang. Berapa kali kamu meninggalkan salat lima waktu. Meremahkan salat dan mengulur-ulur waktu salat. Celaka itu. 

Pokoknya sesali. Hingga timbul kesadaran bahwa kamu sangat menyesal telah tinggalkan salat. Dan harus kamu yakini. Amal ibadah yang akan dihisab nanti adalah amalan salat. Jika baik amalan salatmu maka seluruh amalan lainnya tidak akan dipertimbangkan lagi. Pasti sudah baik. 

Salat yang benar akan mencegah pelaku salat untuk berbuat keji dan mungkar. Apa itu perbuatan keji. Perbuatan keji adalah perbuatan yang dilandasi hawa napsu. Terutama napsu perut. Contohnya syirik, berzina. Porno aksi, LGBT, berkata kotor, mrnggunjingkan kejelekan orang lain. Dan sejenisnya.

Sedangkan perbuatan mungkar adalah perbuatan yang diingkari oleh hati. Misalnya mencuri, korupsi, memakan harya haram, menyakiti orang lain, dan perbuatan yang keji lainnya. Terutama menyakiti hati kedua orang tua. 

Nah, sambil beristighfar itu sesali semua itu. Jika kamu benar melakukannya kamu akan mampu menangis menyesalinya. Jika tidak mampu menangis juga. Maka sesalilah mengapa kamu hingga saat ini tidak mampu menangis juga. Dosa besar apa yang pernah kamu lakukan," panjang uraian Pakde.

"Terus apalagi Pakde," tanya lagi.

"Setelah kamu mampu menangis dan menyesali dosa-dosa yang pernah kamu lakukan itu. Baru berdoa semoga kamu diberi kekuatan untuk istiqomah melaksanakan kebaikan. Mulailah berniat dalam hati untuk tidak mengulangi lagi. 

Ketika semua sudah dilaksanakan. Tepat satu jam setelah waktu subuh dimulai atau kira-kira matahari sudah terlihat cahaya terangnya masuk ke masjid. Itulah namanya waktu awal dhuha, disebut waktu syuruk. Lakukan salat sunat syuruk. Atau salat sunat awal dhuha. Dua rakaat saja. 

Surah al Quran yang digunakan pada rakaat pertama surah Ad dhuha. Dan rakaat yang kedua baca surah al Insyirah. Setelah selesai,  baca istighfar lagi seratus kali. Baca dengan sungguh-sungguh. 

Jika mau menangis. Menangislah sepuasnya menyesali dosa-dosa yang pernah kamu lakukan dahulu hingga sekarang. 

Jika istighfarmu diterima maka Allah SWT akan menurunkan cintanya. Jika Allah sudah cinta, apa pun yang kamu minta akan diperkenankan. Tinggal minta. Doa yang diajarkan Rasullullah SAW, nanti cari di buku. Dihapal. 

Pahami terjemahannya dan mintalah sungguh-sungguh. Insya Allah doamu akan dikabulkan. Tak akan menunggu lama," Pakde berhenti menarik napas dalam-dalam.

"Terus apalagi Pakde?" tanyaku penasaran. 

"Sesampai di rumah jangan lupa sedekah. Berapapun yang menurutmu layak disedekahkan. Nanti kamu akan dapat balasan sepuluh kali lipat. Bahkan bisa hingga tujuh ratus kali lebih banyak. 

Hingga keyakinanmu meningkat. Maka akan diberikan balasan hingga tak terhitung jumlahnya," keterangan Pakde selanjutnya.

"Terus apalagi Pakde?" tanyaku lagi.

"Dasar! Begitulah mengapa bangsa Israel sangat dibenci Allah SWT. Terlalu banyak bertanya. Baca nanti dalam al Quran. Surah al Baqarah. Betapa mereka mendapat kesulitan karena terlalu banyak pertanyaan. Yang ada ini saja dulu yang dilaksanakan," Pakde menutup keterangan. 

Berdiri dari tempat duduknya. Aku kemudian pamit sambil menahan malu sudah disebut bangsa yang terlalu banyak pertanyaan. Dan tidak sabaran. 

(Bersambung)
Sumber gambar: Pixabay.com

Komentar