Ketagihan yang Menjerat!

Seorang pemancing tidak akan menarik ikan yang makan umpannya dalam sekali tarikan sekaligus. Ketika kail tertancap di mulut ikan, pemancing akan menariknya perlahan. Pada saat ikan melawan dan mencoba lari maka tali pancing akan dikendorkan.

Pada saat ikan melemah, tali akan dikekang lagi, begitu seterusnya. Hingga ikan lemah barulah pemancing benar-benar menarik kail dan ikan benar-benar berada di dalam jangakuannya. 

Pada saat kail cinta, ambisi, harapan, keinginan, passion tertancap di mulut manusia, maka "ada" yang akan menariknya perlahan-lahan hingga seluruh kekuatan, tenaga, pikiran, waktu, tempat, melepaskan diri sedikit demi sedikit.

Hingga suatu ketika dalam tidur iya bermimpi, "Akulah sang penguasa." Sementara bawahannya mengelilinginya, siap menanti perintah dan mentaatinya. Maka pada saat itu sang penguasa berkata, "Akulah penguasa kalian. Tak ada yang patut kalian taati selain aku." 

Itulah yang ia katakan dalam mimpinya. Ketika terbangun, ia tak melihat siapa pun ada di sekelilingnya. Tak ada seorang pun dalam rumahnya. Dan benar! Karena penasaran ia mengelilingi rumahnya. Dan tak ada siapa pun dilihatnya. Dengan mata kepalanya. 

Seperti seseorang yang pernah memakan gula. Pada saat berkeliling di seantero kota, ketika ada yang menyunguhi makanan ia tahu dalam  makanan itu ada gula. 

Karena ia pernah merasakan manisnya gula. Ia merasakan asin. maka setiap yang asin dari setiap makanan pasti ada garamnya. 

Kuncinya tetap saja pada pengetahuan, pernah merasakan yang biasa kita sebut pengalaman. 

Namun kita sering tidak sadar kalau dalam mulut kita sedang ada pancing yang nyangkut di bibir. Menjauhinya berarti akan merasakan sakit. Mau tidak mau akhirnya dalam upaya itu rasa sakit ditahan. Siapa yang pernah merasakan?

Contoh sederhana pada kekinian adalah ketika kita terbiasa menerima pesan WA dari sekian banyak grup yang kita ikuti. Saban hari sekian jam kita gunakan untuk berkomunikasi. Mungkin karena kebutuhan pekerjaan atau karena obrolan biasa bersama teman-teman. 

Mungkinkah dalam sehari, WA tersebut tidak kita aktifkan? Untuk menghindarinya pasti perasaan tidak nyaman sangat mengganggu. 

Tangan gatal ingin mengambil gawai dan membuka pesan WA. Dalam hati akan berkata, "Jangan-jangan ada pesan penting yang masuk." Dan seterusnya. 

Aslinya mencoba melepaskan diri dari jerat pesan WA tersebut sangat sulit. Artinya saat itu kita sedang jadi ikan dalam pancingan. Dengan mulut melekat pancing yang sangat kuat. 

Jangan mencoba untuk menafikannya, seperti rasa gula. Mereka yang tahu manis rasa gula tak akan mudah tertipu. Dalam kue apa pun ia tahu, kalau yang manis itu adalah rasa gula. Sementara yang asin adalah garam.

Dalam kasus lain, mereka yang bukan perokok pasti akan dengan mudah menghakimi, bawah merokok harus dihindari. Dengan sekian macam tips dan trik. Nyatanya tidak akan dapat dilakukan jika yang memberikan tips dan trik bukanlah mantan perokok. 

Agar lebih lengkap berikut cerita tentang seorang guru yang pernah diceritakan temanku. Aku ceritakan ulang dalam bahasa yang berbeda. Berikut ceritanya;

Dikisahkan ada seorang guru yang sangat miskin. Saking miskinnya, selama musim dingin ia tak memiliki apa-apa selain sehelai katun.

Suatu hari banjir mandang menyapu hutan dan menghanyutkan seekor beruang hingga keperkampungan di kaki gunung. Tubuh beruang itu jatuh tertelungkup dan terendam air parit sehingga yang terlihat hanya punggungnya. 

Beberapa orang murid yang melihat berteriak,"Guru! Itu ada mantel bulu di parit. Ambillah untuk melindungi dirimu dari rasa dingin yang menyelimuti."

Memang guru sedang sangat  butuh mantel tersebut, hingga si guru langsung meloncat ke dalam parit untuk mengambilnya. Namun, beruang yang dikira mantel itu mencengkram tubuh si guru dan menahannya dalam air. 

Murid-muridnya pun berteriak, "Ambillah mantel itu! Kalau tidak bisa tinggalkan saja dan naiklah?"

Si guru yang tertawan menjawab, "Aku telah melepaskan mantel ini, tapi mantel ini tak mau melepaskanku! Bagaimana cara melepaskannya?"

Demikianlah kisahnya, kita tahun bagaimana rasanya ketagihan, dan sejenisnya. Tidak hanya dalam hal yang terlarang. Masih banyak kegiatan yang kita anggap sangat berguna bagi kita ternyata telah mampu menyandera hidup kita. 

Ketagihan seperti pemancing, akan menarik dan mengulur senar pancing di mulut kita. Begitu tersiksanya meninggalkan kebiasaan itu. Mereka yang pernah merasakan pasti akan tertawa. Minimal tersenyum ketika bercermin pada diri sendiri. "Oh iya, ternyata selama ini aku sudah terjerat karenanya!"

Motivasi hingga menjadi ketagihan beraneka ragam. Dimulai karena kebutuhan, seperti si guru tadi kemudian ingin popularitas, ingin kekayaan, ingin jabatan, dan seterusnya. 

Mulanya mencoba sekali, kemudian menikmati, dan terus saja menikmati. Jadilah ketagihan. Kemudian akan sulit melepaskan diri. Ketagihan telah menjeratnya semakin erat dan semakin erat!

sumber gambar :JawaPos.com

Komentar