Hanya Satu Langkah dan Semua Berubah

Pada saat seorang arsitek merumuskan rumah dalam pikirannya: bentuknya, ukurannya, bahannya, warnanya, dan seterusnya. Orang-orang tak menyebut gagasan yang ada di benak arsitek sebagai sebuah hayalan. Ada yang menyebutkan bahwa apa yang ada dibenak arsitek tersebut adalah sebuah rencana. 

Sekarang jika kita yang bukan arsitek, tak tahu sama sekali tentang bangunan, dengan memberikan gambaran yang sama. Niscaya gambarannya akan disebut hayalan. Mengapa berbeda?

Dalam cerita lain, dikabarkan bahwa terdengar kabar kalau di dalam hutan terdapat seolekor macam. Seumur ia tidak pernah melihat macam secara langsung. Keberadaan wujud macam hanya ada dalam pikirannya. Sebuah hayalan. 

Maka ia kemudian menempuh perjalanan ke dalam hutan tersebut. Dari tempat yang sangat jauh ia menempuh perjalanan menuju hutan. 

Ketika sampai di hutan. Berhari-hari perjalanan dengan segala kesulitan yang dirasakannya, sedikit pun tak merasakan keluhan dan keletihan. Langkah kakinya ringan menuju ke dalam hutan. Tak terhitung lagi berapa ribu langkah ringan dalam perjalanan tersebut. 

Begitu dari kejauhan ia melihat macan. Langkahnya terhenti, ia tak mampu mendekat lagi. 

Mereka berkata, "Kau telah datang dari jauh. Menempuh berbagai rintangan karena cinta pada macan tersebut. Macan ini istimewa. Ia tak akan menggigit dan memakan siapa pun yang mendekatinya dengan berani dan memeliharanya penuh cinta."

Macan hanya marah pada mereka yang takut kepadanya. Ia akan menyerang siapa saja yang menyembunyikan niat jahat dalam hatinya. 

"Kini kau telah sampai di sini setelah perjalanan panjangmu yang melelahkan. Kau sudah begitu dekat dengan macan itu. Mengapa kau berhenti? Majulah lebih dekat lagi!"

Tapi tak satu pun dari mereka yang berani maju lebih dekat lagi, meski hanya satu langkah. Mereka pun berkata, "Selurih langkah dalam perjalanan ini kami tempuh begitu ringan dan mudah. Tetapi kami tidak mampu mengambil satu langkah ke depan."

Setelah ribuan, bahkan jutaan langkah ringan di tempuh pada saatnya ada sebuah langkah yang sulit dilakukan. Seperti meninggalkan jejak. Hanya sebagian orang yang berani mengangkat kaki maju satu langkah. Merekalah orang yang istimewa. Keberaniannya patut mendapat acungan jempol sebanyak-banyaknya.

Untuk melengkapinya, seseorang yang sedang kehausan diberikan padanya segelas air. Begitu air ada dihadapannya, ia tak kuasa meminum air tersebut dalam sekali tenggak. Setidaknya perlu sekian kali menelan barulah air tersebut habis diminum dan menghilangkan dahaganya. 

Setidaknya ada 3 pesan yang tersampaikan dari cerita di atas. 

1. Mengapa arsitek ketika merencanakan rumah yang akan dibangunnya tidak disebut menghayal, sementara jika bukan arsitek disebut menghayal?

Bukankah sebuah keinginan, cita-cita dan harapan ada dalam pikiran? Bukankah tak nampak nyata? Ketika dirumuskan direncakakan dengan matang dan detailnya dapat dipertanggungjawabkan. Suatu ketika akan terwujud. 

Berbeda dengan sebuah hayalan. Hanya sekelebatan datang, dan dinikmati dengan segenap keseruan. Setelahnya hilang tak berbekas dalam bentuk nyata.

2. Bagaimana satu langkah menjadi begitu berat, padahal ada ribuan langkah yang telah dilalui dengan perasaan ringan.

Pengambilan keputusan setelah sekian proses dilalui, apalagi untuk sebuah kondisi yangnsangat genting. Memang sungguh berat dilakukan. Seperti satu langkah yang akan membuat pintu kehancuran dan kematian. 

Mereka yang berani melangkah mengambil sebuah solusi, meskipun berakibat buruk pada saatnya nanti tetap saja masih lebih baik daripada tidak sama sekali.

3. Untuk meminum segelas air diperlukan berkali-kali menelan.

Tentu saja, tak ada yang bimbasalabim.abra kadabra. Semuanya melaui sebuah proses yang panjang. Semendesak apa pun keinginan terhadap sebuah keberhasilan. Tak ada proses tak akan ada hasil. Tiap tahap pasti dilalui dengan segala pengalaman baik dan buruknya. 

Dengan proses berjalan setiap ada kesalahan dilakukan perbaikan. Disempurnakan. Dan, proses tak akan pernah berkhianat pada hasil. Tugas kita hanya berproses dan menikmatinya. 

Kuncinya, satu langkah berani untuk memulia sesuatu. Jangan hanya ada dalam benak, pikiran, apalagi hayalan. Yang demikian tak akan menghasilkan apa-apa. Selain membuat kita tertawa atas kepengecutan karena tidak berani melangkah walau selangkah saja. 
Sumber gambar: Pixabay.com

Komentar