Berlian Pasti Tak Akan Tertukar dengan Kerikil

Seseorang yang ahli pada bidang tertentu akan menampilkan karyanya agar para pemula meyakini keindahan karya itu dan mengakui karya lain yang belum ditampilkan. 

Demikian juga seorang pemimpin bemberikan bantuan pada rakyatnya agar rakyatnya percaya pemimpin tersebut mampu memberikan bantuan. Rakyat pun akan berharap datangnya bantuan lain baginya. 

Tak pernah terlintas sekali pun dari pikiran sang pemimpin, rakyatnya akan berkata, "Ini saya sudah punya. Tak usah berikan bantuan pada saya." 

Jika ada rakyat yang menolak bantuan dengan alasan sudah ada, maka pemimpin pasti tidak akan memberikan bantuan lagi di lain waktu. 

Seperti hewan ternak, mereka pasti sangat senang dan betah berada dalam kandang yang telah dipersiapkan majikannya. Buktinya begitu waktunya diambil dagingnya mereka gemuk semua. Hanya beberapa yang terlihat kurus karena sakit lainnya.

Padahal sebenarnya peternak bisa saja memasukkan kandang yang paling tidak sukai hewan ternak. Tapi tidak dilakukan. Tanpa disadari peternak pun mendapat  pengakuan dari hewan tentang cocoknya kandang yang telah disediakan. 

Nyatanya, baik seseorang yang ahli, pemimpin, juga peternak berharap adanya pengakuan dari orang lainnya, termasuk hewan ternaknya. Sepertinya tak ada yang salah dengan hal ini, menjadi lumrah!

Penyebabnya mungkin saja kita sadari sepenuhnya. "Ingin mendapat pengakuan", tapi untuk apa? Maskudnya, gunanya apa? Bukankah pengakuan tak memberikan keuntungan apa-apa?  Selain kebanggaaan!

Contoh sederhanya saja, mungkin ada yang sependapat dengan saya. Mungkin juga ada yang tak sependapat. Tidak apa-apa, demokrasi saja. Berbeda tak menjadikan kita kurus kok.

Sebelumnya kita perhatikan bagaimana petani yang menanam padi. Pada saat baru menyemprot rumput yang ada di sawahnya, yang terpikir adalah setelah bersih nanti akan ditanam bibit padi. 

Jika tidak ada banjir tidak ada hama yang membabi buta menyerang, beberapa bulan berikutnya padi penguning tampak pada bayangan matanya. Hanya beberapa rumput liar akan tumbuh dan tak akan mengganggu padi yang tumbuh. 

Sampai pada waktunya diberi pupuk, diberi pengairan cukup dan rumput dibersihkan, dicabut! Padi terhampar sudah tergambar bahkan pada saat baru menyemprot rumputnya saja. 

Tak mungkin pada saat mau menanam padi yang tergambar adalah hamparan jagung, kacang hijau. atau lainnya. 

Sekedar ilustrasi soal pengakuan, perbedaan pendapat tentang masalah di atas tak perlu kita perpanjang. Bahasan kita tidak menitik beratkan pada masalah itu. 

Kembali ke soal pengakuan tadi. Apa yang melatarbelakangi seseorang memberikan bantuan kemudian foto selfi? Memberikan bantuan yang ada nama kita di kemasannya. Lalu ada yang berkata, "Menyerahkan bantuan, kemudian selfi salahnya di mana?" 

Nadanya sih sepertinya marah. Protes pada mereka yang memberikan komentar tentang foto selfi setelah memberikan bantuan. Memang tak ada yang salah. Selama perbuatan yang dilakukan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain tentu saja tidak salah. 

Saya jadi teringat ketika salah seorang sahabat saya berkata, "Apakah kamu tau apa bedanya batu kerikil dengan permata?" 

Belum sempat aku menjawab pertanyaannya, sahabatku sudah langsung menjawab, "Kalau permata, walau berada di lumpur kotor dan berbau, tetap dicari dan dipuji. Tetap orang menyebutnya permata."

"Sementara kerikil, walau dijadikan liontin kalung emas semahal apa pun, orang tetap akan menyebut lionton tersebut kerikil. Tak lebih," tuturnya. 

Aku hanya manggutanggut memikirkan, benar juga! Dan paling kubalas dengan senyuman, karena trlah mencerahkan. 

Seperti ceritanya Khalifah Umar bin Hattab pada saat blusukan mendapati ada rakyatnya yang terpaksa merebus batu untuk menipu anaknya yang kelaparan. Hingga akhirnya Syayyidina Umar bin Hattab mengambil gandum, memasakkan dan menyuapi anak yang kelaparan tersebut hingga kenyang. 

Bahkan hingga Khalifah pergi, ibu anak tersebut tak mengetahui kalau yang memanggul gandum, memasak dan menyuapi anaknya itu adalah Amirul Mukminin. Dan Syayyidina Umar tak mengakui dirinya khalifah pada ibu itu atau memproklamirkan diri. 

Alhasil, hingga berapa abad-abad, kisahnya menjadi abadi dan mendapat pengakuan sebagian besar umat manusia hingga kini. 

Kini, semua kembali kepada kita. Setiap orang pasti memiliki keistimewaan. Kita akan berusaha agar orang lain mengakui keistimewaan kita, perbuatan baik kita, disembunyikan, atau dibiarkan begitu saja. 

Yang jelas, berlian tak akan tertukar dengan batu kerikil. Tergantung keyakinan dan kepercayaan masing-masing. 

Sumber gambar: Pixabay.com

Komentar

Posting Komentar

Terima kasih telah berkenan membaca dan meninggalkan pesan