Berjalannya Akal dan Ilmu Berdampingan

Orang mulia dianggap bisa menulis di wajah rembulan, padahal yang bersangkutan tidak bisa menulis. Secara nalar tidak akan masuk akal. Dan ada yang menyebut, semua tulisan, ilmu, dan hikmah baginya adalah bawaan sejak lahir.

Aku jadi teringat tentang sebutan akal parsial dan akal universal. Akal parsial tidak bisa mencipta dari dirinya sesuatu yang belum pernah dilihat dan dialaminya. 

Sementara akal universal  merupakan karangan, keahlian, keterampilan, dan bangunan yang telah ada sebelumnya. 

Dengan melihat, mempelajari, meneliti, kemudian memperbaharuinya menjadi hal baru. Yang bisa menciptakan sesuatu yang baru setelah ada sebelumnya adalah akal universal. 

Akal parsial akan belajar dari akan universal. Akan parsial bisa belajar dan butuh pengajaran, sedangkan akal universal adalah pengajar dan tidak butuh belajar. 

Oleh karena itu, kita mengamati secara seksama setiap profesi dan pekerjaan, kita akan dapati bahwa ada beberapa profesi dan pekerjaan datang secara turun temurun.

Seperti sebuah cerita ketika Qabil dan Habil bersiteru serta berakhir dengan terbunuhnya Habil.  Qabil bingung bagaimana selanjutnya. Apa yang harua dilakukan terhadap saudaranya. 

Pada waktu itu Qabil melihat burung gagak yang bertarung dan membunuh gagak lainnya. Setelah itu gagak menggali tanah dan memasukkan gagat yang tewas tersebut kemudian menimbunnya lagi. 

Dari sini Qabil belajar bagaimana menggali tanah daj mengubur jasad Habil. Seperti itulah semua profesi dan pekerjaan dilakukan. Dengan mengamati, melihat mendengarkan, kemudian mencoba melakukan.   

Semua orang yang merupakan akal parsial membutuhkan pengajaran, di mana akal universallah peletak awal segala sesuatu. Mereka adalah para utusan Allah Subhanahu Wa Taala.

Implikasinya bagi kehidupan sehari-hari meliputi kewajiban belajar bagi setiap manusia, kewajiban bemberikan pembelajaran kepada yang menjadi tanggung jawabnya.

Oleh karena itu siap orang adalah guru bagi yang lainnya. Demikan juga setiap orang adalah murid bagi yang lainnya juga. 

Kewajiban yang dimaksud tidak seperti hukum dalam agama Islam. Di sini wajib artinya bila tidak dikerjakan akan mendapat dosa. Dan dikerjakan mendapat pahal. Bukan sama sekali. 

Yang dimaksud wajib artinya setelah mengetahui dan menguasai sebuah ilmu dan keterampilan punya tanggung jawab melestarikan dengan menularkan pada orang lain. Penularan inilah yang kita sebut pembelajaran.

Maka menjadi wajar jika proses belajar mengajar dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja. 

Oleh karena itu, sangat mengecewakan jika ada seorang yang ahli kemudian menyembunyikan keahlian yang dimilikinya. Jika yang ahli tersebut meninggal sebelum sempat menularkan, memberikan pembelajaran pada muridnya, ilmu tersebut akan lenyap. 

Selanjutnya yang harus kita semua lakukan adalah berbagi apa pun keterampilan yang kita miliki pada yang membutuhkan. 

Dengan begitu kemanfaatan ilmu pengetahuan dan keterampilan akan langgeng dan tidak lenyap. Hingga pada waktunya dikembangkan dan diperbaharui oleh generasi setelah kita. 

Sumber gambar: Pixabay.com

Komentar