Apa Enaknya Jadi Kambing Hitam?

Menjadi teman baik seseorang memang kadang membuat hati senang. Bila ada masalah ada teman bertukar pikiran. Bisa berdiskusi, apalagi jika seprofesi. 

Di balik hati senang ternyata perlu juga kehatia-hatian. Apalagi teman yang berlawanan jenis, sudah berkeluarga pula. Akibat terlalu baik dan terlalu akrab, bisa saja berakibat petaka. 

Seperti yang pernah saya alami beberapa tahun lalu. Maklum karena sama-sama bekerja di bidang yang sama, kemudian memiliki atasan yang sama jadi kami sering berbagi tugas. 

Kadang pada suatu kesempatan saya yang mengantar laporan. Tentu saja laporan saya dan laporan dia. Demikian juga sebaliknya. Bila saya berhalangan, maka teman sayalah yang membawakan laporan saya. 

Padahal hubungan kami hanya sebatas teman kerja. Hanya itu saja. Namum karena saking akrab dan saking baiknya mungkin, ada pihak yang salah menafsirkannya.

Tersiarlah kabar bahwa suami teman saya itu datang mencari ke rumah saya. Katanya datang membawa parang dalam bungkusan koran. Ada teman lain yang menghubungi saya lewat telepon.

Ringkas cerita, saya pun bergegas pulang. Sementara berbenah suaminya datang. Dengan raut muka yang penuh amarah dan kebencian dia saya persilakan masuk ke ruangan saya. Saya tak tau apa yang terjadi sebenarnya. 

Dari pengakuan suaminya ternyata isterinya sudah dua hari tidak pulang ke rumah. Celakanya orang tersebut bertanya pada "orang pintar". Katanya isterinya sedang di rumah seorang laki-laki. Sayalah jadi tertuduh!

Mendengar penuturan suaminya, saya malah tertawa. Dia tentu saja makin marah. Jelas saya merasa lucu. Sudah beberapa minggu memang saya tak pernah lagi berhubungan dengan wanita itu, karena memang tidak ada kepentingan pekerjaan yang mengharuskan menghubunginya. 

Suaminya tetap saja bersikeras kalau isterinya sudah saya sebunyikan. Maka perempuan beberapa kali saya telpon. Ada nada dering tapi tidak diangkat. Hampir menyerah juga menghubungi. Namun hanya inilah satu-satunya cara untuk meyakinkan suaminya.

Setelah sekian kali menghubungi, akhirnya tersambung. Dalam obrolan sengaja loudspeaker saya nyaringkan. 

Karena teman seprofesi, tetap saja saya memanggilnya ibu. Tak pernah menyebut nama sesungguhnya. 

"Ibu ada di mana?" kata saya

Isterinya itu menyebutkan sebuah kota, biar identitasnya tidak diketauhi umum, karena yang akan kita ambil adalah pelajaran bukan dengan niat mempermalukannya. 

"Lagi sama siapa?"

"Lagi di rumah keluarga."

"Sudah berapa hari?"

"Dua hari."

"Ada urusan pentingkah?"

Dari sinilah dia bercerita minggat dari rumah karena bertengkar dengan suaminya. Alasannya suaminya ketahuan nikah lagi. 

Saat semua penuturan isterinya kami dengar semua, maka merah birulah wajah suaminya. Ketahuan belangnya. Karena nikah lagi ketahuan, lalu isteri minggat, saya yang kena sasaran.

Saat itu juga saya yakinkan pada suaminya bahwa kami memang tidak ada hubungan apa-apa selain hubungan kerja. 

Muka yang tadinya merah penuh amarah, kini berubah tersipu malu. Setelah itu minta maaf dan menceritakan kronologi kejadian hingga dia menuduh saya membawa isterinya lari dari rumah. 

Memang benar sih, beberapa kali saat saya mampir di rumahnya kebetulan jalan yang dilalui untuk ke kantor melewati rumahnya. Saat itu ada jeruk sekian kilo saya tinggal sebagai tanda terima kasih untuknya. Padahal suaminya juga ada saat itu. 

Terungkap juga ketika pertengkaran sebelumnya, si perempuan tersebut menyebut nama saya bahwa saya sebagai orang baik, tidak seperti suami. 

Jadilah saya kambing hitam. Orang yang makan nangkanya, saya yang makan getahnya. Beruntunglah yang bersangkutan bisa dihubungi dan masalah bisa diselesaikan. Sekiranya tidak, entah apa yang terjadi selanjutnya. Mungkin saja karena emosi, pertumpahan darah bisa saja terjadi.

Oleh karena itu baik kepada orang lain sangat bagus, namun perlu hati-hati. Kadang kebaikan yang kita berikan disalah artikan. Terutama pada rekan kerja atau teman yang berlawanan jenis. 

Semoga saja pengalaman ini menjadi pelajaran buat saya dan buat semua pembaca. Hati-hati dalam berteman layak dipertimbangkan. Apalagi terhadap isteri orang. 

sumber gambar: JawaPos.com

Komentar